Cinta Dan Benci Karena Allah
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Al-hamdulillah,
pertama-tama yang patut kita ucapkan tak lain puji syukur kehadirat Allah SWT,
atas hidayah-Nya, yang diberikan kepada kita semua sehingga masih dapat
merasakan nikmatnya khidupan. Dan semoga nikmat itu kita dapat mempergunakan
untuk mengabdikan diri kepada-Nya. Amin ya Rabbal alamin.
Tak lupa pula shalawaat dan taslim kita kirimkan kepada teladan
umat manusia, Muhammad SAW. sebagai uswatun hasanah yang tidak luput zaman
untuk diteladani, untuk diimani ataupun sebagai idola.
Hadirin Yang Berbahagiah
Cinta yang paling tinggi dan paling wajib serta yang paling
bermanfaat mutlak adalah cinta kepada Allah Ta’ala semata, diiringi
terbentuknya jiwa oleh sikap hanya menuhankan Allah Ta’ala saja. Karena yang
namanya Tuhan adalah sesuatu yang hati manusia condong kepadanya dengan penuh
rasa cinta dengan meng-agungkan dan membesarkannya, tunduk dan pasrah secara
total serta menghamba kepadaNya. Allah Ta’ala wajib dicintai karena DzatNya sendiri,sedangkan
yang selain Allah Ta’ala dicintai hanya sebagai konsekuensi dari rasa cinta
kepada Allah Ta’ala.
Hadirin Yang Berbahagiah
Dalam Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain, Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam bersabda:
أَوْثَقُ عُرَى
اْلإِيْمَانِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ. (رواه الترمذي).
“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci
karena Allah.” (HR.At Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda:
مَنْ أَحَبَّ
لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ
اسْتَكْمَلَ اْلإِيْمَانَ. (رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن).
“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah,
memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah
sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan)
Hadirin Yang Berbahagiah
Dari dua hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita harus
memberikan kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita harus
mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala yang
dibenci Allah, ridla kepada apa yang diridlai Allah, tidak ridla kepada yang
tidak diridlai Allah, memerintahkan kepada apa yang diperintahkan Allah,
mencegah segala yang dicegah Allah, memberi kepada orang yang Allah cintai
untuk memberikan dan tidak memberikan kepada orang yang Allah tidak suka jika
ia diberi.
Hadirin Yang Berbahagiah
Dalam pengertian menurut syariat, dimaksud dengan al-hubbu fillah
(mencintai karena Allah) adalah mencurahkan kasih sayang dan kecintaan kepada
orang –orang yang beriman dan taat kepada Allah ta’ala karena keimanan dan
ketaatan yang mereka lakukan.
Sedangkan yang dimaksud dengan al-bughdu fillah (benci karena
Allah) adalah mencurahkan ketidaksukaan dan kebencian kepada orang-orang yang
mempersekutukanNya dan kepada orang-orang yang keluar dari ketaatan kepadaNya
dikarenakan mereka telah melakukan perbuatan yang mendatangkan kemarahan dan
kebencian Allah, meskipun mereka itu adalah orang-orang yang dekat hubungan
dengan kita, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Kamu tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat, saling kasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan
RasulNya, sekalipun orang orang itu bapak-bapak, anak-anak sauadara-saudara
ataupun saudara keluarga mereka.” (Al-Mujadalah: 22)
Hadirin Yang Berbahagiah
Jadi, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in serta pengikut mereka
di seluruh penjuru dunia adalah orang-orang yang lebih berhak untuk kita cintai
(meskipun kita tidak punya hubungan apa-apa dengan mereka), dari pada
orang-orang yang dekat dengan kita seperti tetangga kita, orang tua kita,
anak-anak kita sendiri, saudara-saudara kita, ataupun saudara kita yang lain,
apabila mereka itu membenci, memusuhi dan menentang Allah dan RasulNya dan
tidak melakukan ketaatan kepada Allah dan RasulNya maka kita tidak berhak untuk
mencintai melebihi orang-orang yang berjalan di atas al-haq dan orang yang
selalu taat kepada Allah dan rasulNya. Demikian juga kecintaan dan kebencian yang
tidak disyari’atkan adalah yang tidak berpedoman pada kitabullah dan sunnah
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Dan hal ini bermacam-macam jenisnya di
antaranya adalah: kecintaan dan kebencian yang dimotifasi oleh harta kekayaan,
derajat dan kedudukan, suku bangsa, ketampanan, kefakiran, kekeluargaan dan
lain-lain, tanpa memperdulikan norma-norma agama yang telah digariskan oleh
Allah Ta’ala
Hadirin Yang Berbahagiah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Bahwasannya seorang mukmin
wajib dicurahkan kepadanya kecintaan dan kasih sayang meskipun mendhalimi dan
menganggu kamu, dan seorang kafir wajib dicurahkan kepadanya kebencian dan
permusuhan meskipun selalu memberi dan berbuat baik kepadamu.”
Hadirin Yang Berbahagiah
Sesuai dengan apa yang di katakan oleh Syakhul Islam Ibnu
Taimiyah, marilah kita berlindung kepada Dzat yang membolak-balikkan hati,
supaya hati kita dipatri dengan kecintaan dan kebencian yang disyariatkan oleh
Allah dan RasulNya. Karena kadang orang-orang yang menentang Allah di sekitar kita
lebih baik sikapnya terhadap kita dari pada orang-orang yang beriman kepada
Allah, sehingga kita lupa dan lebih mencintai orang-orang kafir dari pada
orang-orang yang beriman. Naudzubilla min dzalik.
Dalam pandangan ahlusunnah wal jamaah kadar kecintaan dan
kebencian yang harus dicurahkan terbagi menjadi tiga kelompok:
1. Orang-orang
yang dicurahkan kepadanya kasih sayang dan kecintaan secara utuh. Mereka adalah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, melaksanakan ajaran Islam
dan tonggak-tonggaknya dengan ilmu dan keyakinan yang teguh . Mereka adalah
orang-orang yang mengikhlaskan segala perbuatan dan ucapannya untuk Allah
semata. Mereka adalah orang-orang yang tunduk lagi patuh terhadap
perintah-perintah Allah dan RasulNya serta menahan diri dari segala yng
dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Mereka adalah orang-orang yang mencurahkan
kecintaan, kewala’an, kebencian dan permusuhan karena Allah ta’ala serta
mendahulukan perkataan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam atas yang lainnya
siapapun orangnya.
2. Orang-orang
yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lainnya.
Mereka adalah orang yang mencampuradukan antara amalan yang baik dengan amalan yang buruk, maka mereka dicintai dan dikasihani dengan kadar kebaikan yang ada pada diri mereka sendiri, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar kejelekan yang ada pada diri mereka. Dalam hal ini kita harus dapat memilah-milah, seperti muamalah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam terhadap seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Himar. Saat itu Abdulllah bin Himar dalam keadaan minum khamr maka dibawalah dia kehadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, tiba-tiba sorang laki-laki melaknatnya kemudian berkata: “betapa sering dia didatangkan kehadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam keadaan mabuk.” Rasulullah bersabda: “janganlah engkau melaknatnya. Sesungguhnya dia adalah orang yang cinta kepada Allah dan RasulNya (Shohih Al-Bukhari kitab Al-Hudud). Pada hal jama’ah yang berbahagia, dalam riwayat Abu Dawud dalam kitab Al-Asyribah juz 4 yang dishahihkan oleh Al-Bani dalam shahih Al-Jami Ash Shaghir hadits nomer 4967 Rasulullah n melaknat khamr, orang yang meminumnya, orang yang menjualnya, orang yang memerasnya dan orang yang minta diperaskan, orang yang membawanya dan orang yang dibawakan khamr kepadanya.
Mereka adalah orang yang mencampuradukan antara amalan yang baik dengan amalan yang buruk, maka mereka dicintai dan dikasihani dengan kadar kebaikan yang ada pada diri mereka sendiri, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar kejelekan yang ada pada diri mereka. Dalam hal ini kita harus dapat memilah-milah, seperti muamalah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam terhadap seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Himar. Saat itu Abdulllah bin Himar dalam keadaan minum khamr maka dibawalah dia kehadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, tiba-tiba sorang laki-laki melaknatnya kemudian berkata: “betapa sering dia didatangkan kehadapan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dalam keadaan mabuk.” Rasulullah bersabda: “janganlah engkau melaknatnya. Sesungguhnya dia adalah orang yang cinta kepada Allah dan RasulNya (Shohih Al-Bukhari kitab Al-Hudud). Pada hal jama’ah yang berbahagia, dalam riwayat Abu Dawud dalam kitab Al-Asyribah juz 4 yang dishahihkan oleh Al-Bani dalam shahih Al-Jami Ash Shaghir hadits nomer 4967 Rasulullah n melaknat khamr, orang yang meminumnya, orang yang menjualnya, orang yang memerasnya dan orang yang minta diperaskan, orang yang membawanya dan orang yang dibawakan khamr kepadanya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah ... adapun yang ketiga
3. Orang–orang
yang dicurahkan kebencian dan permusuhan kepadanya secara utuh.
Mereka adalah orang yang tidak beriman kepada rukun iman dan orang yang mengingkari rukun Islam baik sebagian atau keseluruhan dengan rasa mantap, orang yang mengingkari asma’ wa sifat Allah ta’ala, atau orang yang meleburkan diri dengan ahlu bida’ yang sesat dan menyesatkan, atau orang yang melakukan hal-hal yang membatalkan keIslamannya. Terhadap orang ini wajib bagi kita untuk membenci secara utuh, karena mereka adalah musuh Allah dan RasulNya Shalallaahu alaihi wasalam.
Mereka adalah orang yang tidak beriman kepada rukun iman dan orang yang mengingkari rukun Islam baik sebagian atau keseluruhan dengan rasa mantap, orang yang mengingkari asma’ wa sifat Allah ta’ala, atau orang yang meleburkan diri dengan ahlu bida’ yang sesat dan menyesatkan, atau orang yang melakukan hal-hal yang membatalkan keIslamannya. Terhadap orang ini wajib bagi kita untuk membenci secara utuh, karena mereka adalah musuh Allah dan RasulNya Shalallaahu alaihi wasalam.
Hadirin Yang Berbahagiah
Ada beberapa faktor yang dapat mengkokohkan kecintaan dijalan
Allah, antara lain:
1. Memberitahukan kepada orang yang dicintai bahwa kita mencintai
karena Allah ta’ala. Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiallaahu anhu, bahwa ia
mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
إِذَا أَحَبَّ
أَحَدُكُمْ صَاحِبَهُ فَلْيَأْتِ فِيْ مَنْزِلِهِ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ
يُحِبُّهُ فِي اللهِ تَعَالَى. (رواه ابن المبارك في الزهد، 712).
“Apabila ada seorang dari kalian mencintai temannya hendaklah dia
datangi rumahnya dan mengkhabarinya bahwa ia mencintainya (seorang teman tadi)
kerena Allah Ta’ala.” (HR.Ibnul Mubarok dalam kitab Az-Zuhdu, hal 712 dengan
sanad shohih)
2. Saling memberi
hadiah
Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu Hurairah Radhiallaahu anhu:
تَهَادَوْا
تَحَابُّوْا. (رواه البخاري في الأدب المفرد 120 والبيهقي، 6/169، وسنده حسن).
“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling
mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrod, hal 120 dan Baihaqi
6/169 dengan sanad hasan)
3. Saling mengunjungi
Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu Hurairah .
يَا أَبَا
هُرَيْرَةَ! زُرْ غِبًّا تَزْدَدْ حُبًّا. (رواه الطبراني والبيهقي، سنده صحيح).
“Wahai Abu Hurairah! berkunjunglah engkau dengan baik tidak
terlalu sering dan terlalu jarang, niscaya akan bertambah sesuatu dengan kecintaan.”
(HR.Thabrani dan Baihaqi dengan sanad yang shahih)
4. Saling menyebarkan
salam.
لاَ
تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى
تَحَابُّوْا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ
تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ. (رواه مسلم، 2/35).
“Tidaklah kalian masuk Surga sehingga kalian beriman, tidakkah
kalian beriman sehingga kalian saling mencintai, Maukah kamu aku tunjukkan
tentang sesuatu yang apabila kalian melakukan-nya akan saling mencintai?
Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim 2/35).
5. Meninggalkan
dosa-dosa.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
مَا تَوَادَّ
اثْنَانِ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَوْ فِي اْلإِسْلاَمِ فَيَفْرُقُ بَيْنَهُمَا
إِلاَّ بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا. (رواه البخاري في الأدب المفرد ص 84 وهو
حديث حسن).
“Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah atau karena
Islam kemudian berpisah kecuali salah satu dari ke duanya telah melakukan
dosa.” (HR. Al-Bukhari dalam kitabnya Al-Adab AlMufrad hal.84)
6. Meninggalkan perbuatan
ghibah (membicarakan sesuatu tentang saudaranya di saat tidak ada, dan jika
saudaranya tersebut mendengarkan dia marah-marah atau tidak suka) Allah
berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah sebagian kamu
menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain,sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentunya kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tubat
lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat:12)
Demikian ceramah yang cukup singkat ini mudah-mudahn dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
mantap Pak Ketua, lanjutkan!
BalasHapus